Senin, 21 Maret 2011

Hasbunallah wa ni'mal wakil

Hasbunallah wa ni'mal wakil
Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung

Menyerahkan semua perkara kepada Allah, bertawakal kepada-Nya, percaya sepenuhnya terhadap janji-janji-Nya, ridha dengan apa yang dilakukan-Nya, berbaik sangka kepada-Nya, dan menunggu dengan sabar pertolongan dari-Nya merupakan buah keimanan yang paling agung dan sifat paling mulia dari seorang mukmin.

Dan ketika seorang hamba tenang bahwa apa yang akan terjadi itu baik baginya, dan ia menggantungkan setiap permasalahannya hanya kepada Rabb-nya, maka ia akan mendapatkan pengawasan, perlindungan, pencukupan serta pertolongan dari Allah.

Syahdan, ketika Nabi Ibrahim a.s. dilempar ke dalam kobaran api, ia mengucapkan, "Hasbunalldh wa ni'mal wakil," maka Allah pun menjadikan api yang panas itu dingin seketika. Dan Ibrahim pun tidak terbakar.

Demikian halnya yang dilakukan Rasulullah dan para sahabatnya. Tatkala mendapat ancaman dari pasukan kafir dan penyembah berhala, mereka juga mengucapkan, "Hasbunallah wa ni'mal wakil."

{(Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.
Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar dari) Allah,
mereka tidak mendapat bencana apa-apa,
mereka mengikuti keridhaan Allah.
Dan, Allah mempunyai karunia yang besar.}
(QS. Ali 'Imran: 173-174)
Manusia tidak akan pernah mampu melawan setiap bencana, menaklukkan setiap derita, dan mencegah setiap malapetaka dengan kekuatannya sendiri. Sebab, manusia adalah makhluk yang sangat lemah.

Mereka akan mampu menghadapi semua itu dengan baik hanya bila bertawakal kepada Rabb-nya, percaya sepenuhnya kepada Pelindungnya, dan menyerahkan semua perkara kepada-Nya. Karena, jika tidak demikian, jalan keluar mana lagi yang akan ditempuh manusia yang lemah tak berdaya ini saat menghadapi ujian dan cobaan?

Dan, hanya kepada Allahlah hendaknya kamu bertawakal jika kamu benar-benar beriman.
(QS. Al-Ma'idah: 23)
Dan, orang-orang yang kafir maka kecelakaanlah bagi mereka dan Allah menghapus amal-amal mereka.
 (QS. Muhammad: 8) 

Wahai orang yang ingin menyadarkan dirinya, bertawakallah kepada Yang Maha Kuat dan Maha Kaya yang kekuatan amat besar ada pada-Nya. Itu bila Anda mau keluar dari kesusahan dan selamat dari bencana.

Jadikanlah "hasbunallah wa ni'mal wakil" syiar dan semboyan yang selalu menyelimuti langkah hidup Anda.

Jika harta Anda sedikit, hutang Anda banyak, sumber penghidupan Anda kering, dan mata pencaharian Anda terhenti, mengadulah kepada Rabb-mu seraya mengucapkan, "Hasbunallah wa ni'mal wakil."

Jika Anda takut kepada seorang musuh, cemas terhadap perlakuan orang zalim, atau khawatir dengan suatu bencana, maka ucapkanlah dengan tulus kalimat ini :


Hasbunallah wa ni'mal wakil..
Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung


Taken From : Al-Qarni, Aidh
La Tahzan, jangan bersedih / 'Aidh al-Qarni; penerjemah, Samson Rahman;
penyunting, Syamsuddin TU dan Anis Maftukhin. -Jakarta: Qisthi Press, 2004.

Minggu, 13 Maret 2011

Perjalanan Hikmah

Ditemani semilir angin pagi di Bandung atas dan kicau burung kecil yang saling sahut-menyahut pertanda mentari kan segera datang.

***

Kali ini sy ingin berbagi cerita tentang perjalanan hidup manusia.

Kisah perjalanan manusia memang sangat beragam seperti warna pelangi yang menghiasi langit setelah turunnya hujan.

Merah, Jingga, Kuning, Hijau, dan warna-warna lainnya saling melengkapimembentuk panorama indah nan agung.

Secuil cerita di satu hari akan menjadi kepingan puzzle yang melengkapi perjalanan di dunia ini.

Begitu pun dengan cerita di malam kemarin. Saat sy bersama beberapa sahabat pergi ke sebuah tempat, Punclut namanya.

Punclut adalah salah satu puncak bukit terindah untuk melihat pemandangan kota Bandung.

Perjalanan menuju Punclut bagai untaian hikmah yang merefleksikan kehidupan.

Tempatnya yang memang sebuah puncak bukit menjadikan kami harus mendaki untuk mencapainya.

Walaupun kami hanya duduk dan memegang pedal gas, sangat kami rasakan bagaimana beratnya perjuangan motor yang kami kendarai untuk sampai ke atas.

Tanjakan dan tikungan seakan tak pernah berhenti menghiasi perjalanan ini. Bagaikan musibah
yang tak pernah berakhir (lebay.. Haha)

Satu-satunya cara untuk bertahan dari masalah adalah menikmatinya dengan rasa syukur dan sabar.

Karena syukur adalah titik tumbuh segala kebaikan dan sabar adalah titik luruh segala kesulitan.

Dan akhirnya kami dapat mencapai Puncak Cimbuleuit, Punclut!


Taukah kamu? Sungguh panorama Bandung di malam hari yang sangat indah menjadi hadiah untuk kami karena telah melewati medan yang curam dan berliku. Segala kesulitan yang menghiasi di perjalanan awal seakan sirna setelah kami melihat pemandangan ini.

Bandung bagaikan langit kedua yang berhiaskan bintang saat langit yang sebenarnya kemarin hanya berhiaskan bulan.

Setelah keindahan kami rasakan, kemudahan kami dapati. Perjalanan pulang hanya menurun dan motor kami tak perlu bersusah payah menuju ke kaki bukit, Lembang.

Hari ini kami belajar bahwa kesulitan tak akan menjadi beban ketika kita menikmati kesulitan dengan rasa syukur dan sabar.

Dan sungguh setelah kesulitan itu ada kemudahan.

Sungguh setelah kesulitan itu ada kemudahan..

***

Faishal Aziz's house,
March 13, 2011 ; 06.00

Kamis, 10 Maret 2011

Sebagian Bentuk Adzab Kubur

Adzab kubur adalah benar adanya, dan ia merupakan salah satu prinsip keimanan yang dipegang oleh Ahlussunnah wal Jama'ah. Ada beberapa bentuk siksa kubur berdasarkan penjelasan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, di antaranya adalah :


Kepala Dijatuhi Batu hingga Hancur

Al-Bukhari di dalam al-Jami' ash-Shahih meriwayatkan dari Samurah bin Jundab radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
"Sesungguhnya telah datang kepadaku dua malaikat tadi malam (dalam mimpi, red), yang keduanya diutus supaya mendatangiku. (Dalam mimpi itu) kami mendatangi seorang laki-laki yang sedang tidur telentang, sedangkan seorang laki-laki yang lain memegang batu besar. Batu itu lalu dijatuhkan ke kepala laki-laki yang telentang sehingga kepalanya pecah. Batu itu menggelinding di tempat itu, dan laki-laki yang menjatuhkannya mengikutinya lalu mengambilnya. Kemudian laki-laki yang dia jatuhi batu itu kepalanya utuh kembali seperti semula. Lalu laki-laki yang memegang batu mendatanginya lagi dan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukannya pertama kali."

Dalam redaksi lengkap hadits itu terdapat penjelasan tentang keadaan laki-laki yang dijatuhi batu, bahwa ia adalah orang yang mengambil al-Qur'an, kemudian menentang isinya dan melalaikan sholat fardhu. Berkenaan dengan perbuatan maksiat ini, maka Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya,

“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.”
QS. 107 : 4-5

Al Hafizh Ibnu Katsir berkata dalam tafsirnya, "Mereka adalah orang-orang yang lalai, baik mereka lalai dari mengerjakan shalat di awal waktunya, di mana mereka selamanya atau umumnya (biasa) mengakhirkannya hingga batas akhir waktunya, atau lalai dari rukun-rukun dan syarat-syaratnya yang telah diperintahkan kepadanya atau lalai dari kehusyu'an ketika menunaikannya atau lalai dari merenungkan makna bacaannya. Redaksi hadits tersebut mencakup semua hal tersebut, tetapi siapa yang ada padanya salah satu dari hal tersebut, maka ia terkena bagian dari ayat tersebut. Sedangkan siapa yang ada padanya semua hal tersebut maka ia akan mendapatkan balasan secara utuh dan telah sempurna kemunafikan dirinya. (Tafsir Ibnu Katsir, 4/554)


Diceburkan ke Sungai Seperti Darah dan Mulutnya Disumpal Batu.

Hadits tentang hal ini juga diriwayatkan oleh Samurah bin Jundab radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda,
"Aku bermimpi, dan dalam mimpi itu kami mendatangi sebuah sungai yang airnya berwarna merah seperti darah. Di dalam sungai itu ada seorang laki-laki yang sedang berenang, di pinggir sungai berdiri seorang laki-laki yang di sampingnya terdapat tumpukan batu yang banyak. Laki-laki yang berenang menghampiri laki-laki yang berdiri di pinggir sungai sambil membuka mulutnya. Kemudian laki-laki yang berdiri di pingggir sungai melemparkan sebuah batu dan laki-laki yang berenang mencaplok batu itu kemudian ia pergi berenang kembali. Setelah itu ia menghampirinya lagi, dan setiap kali ia menghampiri laki-laki yang berdiri di pinggir sungai di samping tumpukan batu, maka laki-laki yang berenang itu selalu membuka mulutnya."

Dijelaskan bahwa laki-laki yang berenang dan mencaplok batu itu adalah pemakan riba. Ibnu Hubairah berkata, "Pemakan riba akan disiksa dengan cara disuruh berenang di sungai yang airnya berwarna merah dan mulutnya akan dijejali dengan batu. Karena asal riba itu terjadi dalam transaksi emas dan emas itu berwarna kemerah-merahan. Sedangkan malaikat yang menjejali mulutnya dengan batu adalah isyarat bahwa ia tidak pernah merasa puas dengan hasrat yang ada. Begitu pula halnya dengan riba, yakni pelakunya berkhayal bahwa hartanya terus bertambah padahal Allah subhanahu wata’ala membinasakannya di kemudian hari." (Fath al-Bari 12/455)


Dibakar Dalam Tungku Api

Hadits yang menjelaskan tentang hal ini adalah sebagai berikut:
"Kami datang ke sebuah tempat yang mirip tungku perapian -di dalam riwayat lain dikatakan, "Bagian atasnya sempit dan bagian bawahnya lebar lalu di bawahnya dinyalakan api- Nabi saw bersabda, "Ketika itu di dalamnya terdengar suara gaduh dan jeritan." Beliau mengatakan, "Kami mengintip keadaan di dalamnya, dan kami melihat sejumlah laki-laki dan wanita dalam keadaan telanjang, dan dari bawah mereka dinyalakan api yang berkobar. Setiap kali api dikobarkan dari bawah mereka, maka mereka menjerit kesakitan."

Dalam redaksi lengkap hadits tersebut dijelaskan bahwa mereka adalah para pezina, baik laki-laki maupun wanita.

Al-Hafizh Ibnu Hajar menjelaskan bahwa keadaan mereka yang telanjang adalah disebabkan hak mereka yang harus ditelanjangi, karena kebiasaan mereka adalah menyepi di tempat mesum dan mereka disiksa dengan keadaaan sebaliknya. Sedangkan mengapa mereka disiksa dari bagian bawah, karena perbuatan dosa yang mereka lakukan erat kaitannya dengan anggota tubuh mereka bagian bawah (kelamin). (Fathul bari 12/443)

Karena itu wajib bagi setiap muslim dan muslimah untuk menjauhkan diri dari perbuatan dosa-besar tersebut dan menjauhi sebab-sebab yang dapat menjerumuskan ke dalamnya seperti berduaan dengan lawan jenis yang bukan mahram dan melakukan hal-hal yang dapat menyebabkabn fitnah, misalnya; Mempertontonkan kemolekan tubuh; Memperlihatkan bagian tubuh yang mengundang fitnah; Membiasakan mata memandang yang haram; Membiasakan telinga mendengarkan lagu-lagu tentang syahwat yang menggiring kepada hal-hal yang keji dan sebab-sebab lainnya.


Mulut Dirobek dan Muka Dirusak

Hadits yang berkaitan dengan hal ini, adalah hadits tentang mimpi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau bersabda,
"Kemudian kami mendatangi seorang laki-laki yang sedang bersandar pada tengkuknya, sedang seorang laki-laki lainnya berdiri di hadapannya sambil memegang besi bengkok, yakni besi yang dibengkokkan ujungnya. Kemudian laki laki yang memegang besi menghampiri salah satu belahan muka laki-laki yang sedang bersandar dan merusak mukanya dengan merobek mulutnya hingga ke tengkuknya (yakni merobek mukanya dari mulut hingga ke belakang, dari hidung hingga ke tengkuknya dan dari mata hingga ke tengkuknya.)" Rasulullah bersabda, " Setelah itu laki-laki yang memegang besi bengkok beralih ke belahan lain dari muka laki-laki yang sedang bersandar dan melakukan perbuatan yang sama seperti yang dilakukannya terhadap belahan muka yang pertama. Tidaklah laki-laki yang memegang besi selesai merobek belahan muka satunya lagi kecuali belahan muka lain utuh kembali seperti semula, dan laki-laki yang memegang besi menghampirinya kembali dan melakukan hal yang sama dengan yang dilakukannya pertama kali."

Dalam redaksi lengkap hadits tersebut dijelaskan bahwa laki-laki yang disiksa itu adalah orang yang keluar dari rumahnya di pagi hari dan melakukan kebohongan yang tersebar luas ke berbagai penjuru (pelosok).


Mencakar Muka dan Dada Sendiri dengan Kuku dari Tembaga

Di antara orang-orang yang disiksa dalam kubur berdasar mimpi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah sejumlah kaum yang tergelincir ke dalam perbuatan ghibah (menggunjing dan mengumpat) yang diharamkan, sebagaimana hal itu dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Dawud dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, seraya berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
"Ketika aku dimi'rajkan, aku bertemu dengan suatu kaum yang memiliki kuku dari tembaga. Mereka mencakar muka dan dada mereka. Aku bertanya, "Siapakah mereka itu wahai Jibril?” Jibril menjawab, "Mereka itu ialah orang-orang yang suka memakan daging manusia (suka menggunjing) serta merusak kehormatannya."
 (al-Musnad 3/224 dan Sunan Abu Dawud 4879)


Mari kita ucapkan :

Na'udzubillaahi min dzaalik
Kami berlindung kepada Allah dari hal ini

end.

Sumber: Buku “Perjalanan Ruh Setelah Mati” hal 37-44, Khalid bin Abdur Rahman asy-Syayi’.

Minggu, 06 Maret 2011

Tidak Melebihi Kemampuan


Allah menguji setiap manusia dengan ujian yang beragam jenis. Akan tetapi, Dia tak pernah membebani seseorang melebihi apa yang ia mampu.

Ini adalah janji Allah,

"Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, Kami tidak memikulkan kewajiban kepada diri seseorang melainkan sekadar kesanggupannya, mereka itulah penghuni-penghuni surga; mereka kekal di dalamnya."
QS. Al A'raaf [7] : 42

Penyakit, kecelakaan, dan segala macam bentuk ujian yang dihadapi seseorang dalam kehidupan dunia, adalah dalam batasan kemampuan seseorang untuk mengatasinya. Dalam beberapa peristiwa, seseorang bisa saja merasa telah melakukan segala yang memungkinkannya keluar dari masalah, namun ia tidak kunjung melihat jalan keluar. Karena lalai bahwa pasti ada kebaikan dalam peristiwa tersebut, ia memberontak dan marah. Ini adalah tanggapan tak berguna yang diembuskan setan.

Apa pun yang dihadapinya dalam hidup, seorang mukmin yang ikhlas harus tetap ingat bahwa ia dihadapkan pada keadaan yang di dalamnya ia dapat menetapi kebajikan dan kesabaran. Jika ia putus asa, itu hanyalah tipu daya setan. Allah memerintahkan hamba-Nya untuk tidak berputus asa.

"Dan tidaklah mereka mengetahui bahwa Allah melapangkan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang dikehendaki-Nya? Sesungguhnya, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang beriman. Katakanlah, 'Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya, Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya, Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).'" 
QS. Az Zumar [39] : 52-54

Seseorang yang menerima dan berusaha menetapi perintah Allah tersebut mengetahui bahwa dari kebaikan akan timbul kebaikan pula. Seseorang yang putus asa akan sendirian di dunia ini dan tidak mempunyai jalan keluar. Allah mengatakan pada kita bahwa mereka yang putus asa terhadap kasih Allah adalah orang-orang yang tidak beriman,

"… dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya, tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir." 
QS. Yusuf [12] : 87

Dalam menetapi perintah Allah, seorang mukmin harus mencoba mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang apa yang terjadi di sekitarnya melalui perenungan. Ketika seorang mukmin menemukan kesulitan, kesulitan itu membuatnya sadar bahwa ada kebaikan di dalamnya dan ia memastikan bahwa selama cobaan itu, ia menjadi bersemangat, sabar, pemurah, setia, tekun, pengasih, dan penuh pengorbanan.

Sikap sabar, bijaksana, cerdas, tenang, memaafkan, menyayangi, semuanya menunjukkan tingkatan kemuliaan seorang mukmin dan menawarkan kebahagiaan kepada manusia yang hanya didapatkan dari keimanan.

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.
 QS. Al-Baqarah [2] : 286

Kamis, 03 Maret 2011

Aamiin | Sedikit Perbedaan Bisa Berarti Banyak

Perbedaan Lafadz Amin, Amiin, Aamin, dan Aamiin ini sempat jadi pertanyaan bagi
sebagian saudara kita, kenapa? what's wrong with amin?

Sebenarnya tidak jadi masalah jika penggunaannya dalam tulisan bahasa arab, tapi karena kita indonesian or another country, ini bisa jadi ilmu baru, sebab, kita menggunakan tulisan dengan huruf latin,

"remember!!! the different meaning of different words"

Ingat!!! beda kata beda arti...

Beda 1 huruf bisa beda arti,

seperti berikut ini :

amin = aman / tentram
amiin = pemegang amanat
aamin = meminta perlindungan keamanan
aamiin = Ya Tuhan kabulkanlah Doa kami


Jadi kalau kita udh tau ilmunya, jangan lupa diamalkan ya.. ^^,

Ilmu sebelum Amal

Berbagilah ilmu, insyaAllah kita tak akan pernah rugi.
Karena makin banyak dibagi, ilmu akan semakin bertambah.

end.

-dari berbagai sumber-

Intense Debate Comments

Link Within

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Label