Senin, 04 Juni 2012

Hikmah Perjalanan dari Bulan sampai Petuah Sang Bapak Tua

Alkisah seorang makhluk bernama Marcel masih diberikan kehidupan oleh sang pencipta di hari Senin tanggal 4 juni 2012 dan terjadilah rentetan hal istimewa mulai maghrib sampai larut malam dalam perjalanan hidupnya di hari itu.

Semua bermula dari Mesjid, hari itu ada peristiwa Gerhana Bulan Sebagian pasca Maghrib, sehingga diadakan shakat Gerhana setelah pelaksanaan shalat Maghrib. Setelah awak shalat berjamaah di Mesjid dekat rumah, tak disangka ternyata di depan shaf awak ada seorang pemuda umur 15 taunan yang juga shalat di Masjid, ga ada yang beda dari pemuda ini dibanding pemuda-pemuda sepantarannya saat itu kecuali warna baju biru plus orat-oret kalimat warna putih di bagian punggung yang kontras dengan warna baju birunya, khas the Viking, supporter Persib Bandung. Kalau di Bandung, pasti gak aneh nemu orang yang pake atribut semacam ini. But, coba kalau pake baju seperti ini di Jekardah yang dikenal dahulu sebagai Sunda Kelapa. Kira-kira apa kabar nasib pemuda ini ya?

Hmm.. Awak heran rasanya ngeliat anarkisme di dunia Sepak Bola Indonesia, padahal esensi pertandingan dalam olahraga adalah kompetisi, yang dasarnya fair play. Menang atau Kalah bukan masalah, namanya juga pertandingan. Pasti ada tim yang menang ada tim yang kalah, atau pertandingan berakhir imbang. Nah, jadi sampai kapan kitorang sadar untuk bangun kebersamaan? Adanya kompetisi bukan berarti harus adanya permusuhan. Senum awak liat tulisan di punggung pemuda itu, "Persib adalah jiwaku, the viking suporter fanatikku, anti anarki kami mendukungmu, junjung tinggi fair play, sepak bola Indonesia pasti maju", maknanya dalem bray! Masalahnya apakah pemuda itu tau esensi tulisan fair play di bajunya itu? Semoga..

Pun sama halnya di Jakarta sana, awak yakin ada juga pemuda seumurannya yang pakai baju khas supporter Persija, the jak mania, dengan tulisan-tulisan serupa. Semoga perdamaian dan benih-benih cinta segera tumbuh di antara viking dan jak mania.

Usai shalat maghrib ini, lanjut ada shalat gerhana bulan sebagian. Shalat dimulai daaan, saat Imam membacakan surat pilihan di Quran rakaat pertama ini tiba-tiba Bumi bergoyang. GEMPA YA RABB! Sedikit kepanikan menyemburat dalam pikiran awak, "Kalau-kalau mesjid ini rata dengan tanah, pasti kami semua berpulang ke hadapan-Nya hari ini juga. Muliakan kematian Kami ya Rabb!"..

Fokus! Fokus! Fokus!
Imam dan makmum lain pun ga bergeming, awak fokuskan lagi pikiran ini ke shalat yang sedang dilakukan. Sampai akhirnya saat bacaan surat pendek Iman selesau lalu ruku, tak terasa lagi adanya goyangan di pijakan kaki kami. Alhamdu...? Lillah..
Shalat selesai dan belum saatnya kami mengakhiri hidup kami saat itu juga.

Di twitter ada info dari twit @infoBMKG, "Gempa Mag:6.1 SR, 04-Jun-12 18:18:13 WIB, 24 Km, (121 km BaratDaya KAB-SUKABUMI-JABAR)"
Semoga ga ada korban atau kerusakan dalam kejadian ini.

Saat cari info gempa ini di twitter sambil duduk-duduk bersila di atas karpet mesjid, tiba-tiba hap! Ada serangga yang nempel di pergelangan tangan awak broh. Kecil mungil nan lucu, reflek awak ngibaskan tangan supaya si mungil ini jatuh ke karpet. Do you know, naha urang teu teplak wae ieu sato gegemetan? (hea bahasa orang gantengnya keluar)

Eta teh TOMCAT! Binatang nan mungil tapi berprestasi besar sebagai pengalih isu nasional tentang kenaikan harga BBM dan korupsi kader PD. Waw kaka! Waaaw! Untung aje aja otak awak loading dulu buat nge-refleknya, ga langsung asal pukul serangga. =)

Lantas setelah itu keistimewaan hari ini pun berlanjut..
Mulai dari sini, serius nih cerita yang pilu begete. Siapin tisu yang banyak bray. Kitorang bakal banjir air mata setelah paragraf ini..

Seorang lelaki berumur sekitar 60-70an tahun menghampiriku, Ia langsung bertanya dalam bahasa Sunda yang sangaaat halus, khas seorang tua dari negeri Pasundan. Supaya ente-ente pada ngerti tentang apa yang awak ama bapak ini bicarain. Awak translete deh bahasa percakapannya jadi gini kurang lebihnya:
A : Awak
B : Bapak

B: "Cep, anaknya pa xxx kan? Katanya kuliah di ITB ya?" (Menghampiri awak dan bertanya demikian)
A: "Iya, betul pa."
B: (tiba-tiba menangis dan meraung kecil) "Heuuung... hiks.. hiks.. heuuung.."
A: (bingung setengah mati, Ya Allah ada apa ini...) "..."
B: (tetap menangis sambil terbata-bata berucap) "Anak bapak juga kuliah.. Dulu.. (nangis lagi)
A: (Ya Allaaaah!) "..."
B: "Dia lulus (SMA) taun 97, lalu lanjut pengen kuliah.. (nangis lagi dan lagi) Alhamdulillah bisa diterima di Unpad, tapi... (nangis lagi) beliau pengennya masuk ITB, katanya kalau di ITB bisa kuliah 3 taun lulus. Akhirnya.. (nangis) masuk ITB, dulu di Politeknik Bandung D3 ITB. Udah lulus taun 2002 terus kerja...
A: (Hmm.. mulai cerah pemikiranku, mungkin bapak ini bangga dengan prestasi anaknya.. mungkin)
B: (nangis) "Bapak penggangguran, udah ga kerja lagi.." (nangis lagi)
A: "..."

Suasana di Mesjid saat itu masih ramai, orang-orang masih di dalamnya. Luasnya yang hanya 20X25an meter persegi membuat tiap percakapan bisa terdengar cukup jelas. Awak agak canggung juga, galau nan salting harus berbuat apa. Ga jelas apa yang beliau ingin sampaikan..

Tiba-tiba ada 4 orang bapa-bapa yang duduk-duduk ngelingker yang memanggil awak. dan minta izin ke Si Bapak yang sedang berbicara padaku saat itu. "Pak, pinjam marcel-nya sebentar ya.." Ujar salah satu dari orang yang sedang duduk bersama itu. "Su mu.. hun mangga... (masih basah kelpoak matanya saat itu. Sambil mengisyaratkan tanggan agar awak lekas menyambut panggilan si bapak tadi). Singkatnya karena beliau yang manggil awak adalah ketua DKM baru di Mesjid tsb, ia mau ngebicarain program-program remaja mesjid.

Lalu usai percakapan menjelang Isya, dan lanjut sjalat isya berjamaah. Setelah shalat, awak ga nemu sang Bapa tadi. Alhasil tanda tanya besaaaar mencuat, teka-teki yang rumit.

Untungnya bapa awak kenal sang bapa yang curhat tadi. Jadi pas awak tanya tentang masalah si bapa tadi ke si babeh langsung dijelasin. Dan, ternyata si bapa tadi juga udah pernah curhat ke bapa awak. Inilah benang merahnya:

Sang bapak ini adalah seorang yang punya 3 anak, semua anaknya udah kerja. 2 orang laki-laki danseorang perempuan. Dulu sang bapak bekerja jadi pegawai di sebuah pabrik tuk menghidupi dan menyekolahkan anak-anaknya, namun sekarang ga bekerja lagi. Faktor usia menghambatnya untuk berpenghasilan sebagai pekerja lagi. Semua anaknya bisa dikatakan sukses, semua kuliah, anak pertama yang telah mengenyam pendidikan di PolBan pun telah memiliki anak istri. Namun selama masa rentanya ini, sang bapa merasa anak-anaknya seolah tak peduli dengan kehidupan bapaknya yang sudah tua dan tak bekerja tsb.

Setelah berbagai pengorbanannya tuk menyekolahkan anak-anaknya, bekerja sepanjang hari, jual sawah dan ladang, tak ada balas budi yang Ia rasakan sebagai orang tua. Perhatian mengenai kesehatan, kondisi hari ini bisa makan atau ngga, pun uang bulanan yang sebenarnya bisa didisihkan dari hasil kerja anak-anaknya tak jua ia peroleh. Kadang tiap pagi sang bapa ini datang ke toko di rumah awak, bawa urang pas Rp1.200,00 tuk beli 2 buah gorengan 'Gehu' @600 rupiah untuk sarapan paginya. Lalu terkadang Ia bawa uang Rp1.000,00 tuk beli 2 batang rokok golongan murah, mungkin itulah salah satu hal yang membuat harinya terhibur di masa tuanya. Menikmati isapan rokok sambil membayangkan indahnya perjuangan beliau semasa muda tuk hidupi dan sekolahkan anaknya.

Suatu waktu udah lama nih kejadiannya, Sang bapa ini bilang ke bapak awak, "Pa, kalau putra bapa kuliah dimana?" "ITB" lalu singkat kata Ia nasehatin bapa awak, "Hati-hati nyekolahin anak mahal-mahal sampe ke ITB gitu..", bapa awak jawab, "Memangnya kenapa pa?" Daaaan..

Sang bapa itu pun menangis..

Setelah curhat ke bapa awak, bapa awak nasehatin beliau, "Pak, jangan banyak berharap pada manusia, termasuk anak. Berharap anak kan balas budi ketika mereka besar dan menunggu terus sampai sakit hati itu ga baik, iklaskan saja segala pengorbanan yang telah kita berikan. Menggidupi, membesarkan, pun menyekolahkan anak sampai pendidikan paling tinggi adalah suatu kewajiban orang tua. Biar aja Allah yang balas semua jerih payak kita sebagai orang tua." ujar my father kurang lebih begitu dah.

Dan si bapa pun tenang..

But, still.. sampai saat ini Sang bapak belum bisa nerima anaknya yang mungkin 'kurang ajar' karena ga peduli dan ga menghargai orang tuanya. Jadi Ia sering nagis again and again.. seperti saat awak bertemu dengannya di mesjid tadi.

_________________________________________
Then..
Awak ga mau ada orang tua-orang tua lain yang nasibnya sama dengan sang bapa ini, Orang tua yang dikecewakan karena Ia tak dihargai oleh anak-anaknya, hingga hatinya terluka teramat dalam. Entah sebenarnya apa yang anak-anaknya lakukan. Namun pasti salah satu ini masalahnya adalah KEPEDULIAN pada orang tua dan MENGHARGAI jasa orang tua. Sayangi orang tuamu!

Dear pembaca dan manteman sekalian, jangan sampai! walaupun hanya sekali seumur hidupmu, engkau tidak hormat pada orang tuamu..

Walau hanya sekali! Jangan sampai orang tuamu menyesal telah membesarkan dan melahirkanmu ke dunia..


"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia."
"Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: 

"Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil."
QS Al-Israa' [17]: 23-24

_________________
Bandung, 4 Juni 2012
Marcel Tirawan


Intense Debate Comments

Link Within

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Label