Selasa, 26 Oktober 2010

Belajar dari Imam Ghozali



Ada 6 pertanyaan yang sederhana tapi sarat makna.
Sebelum membaca seluruh isi artikel ini. Saya sarankan anda untuk menjawab setiap pertanyaan di bawah ini. Agar manfaat yang bisa anda dapat selalu melekat dalam benak.
Ok? ^^,

PERTANYAAN :

1. Apa yang paling DEKAT dengan diri kita di dunia ?

2. Apa yang paling JAUH dari kita di dunia ?

3. Apa yang paling BESAR di dunia ?

4. Apa yang paling BERAT di dunia ?

5. Apa yang paling RINGAN di dunia ?

6. Apa yang paling TAJAM di dunia ?


JAWABANNYA :


Suatu hari, Imam Al Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam Al Ghozali bertanya....

Pertama,
"Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?".
Murid-muridnya menjawab : "orang tua, guru, kawan, dan sahabatnya".
Imam Ghozali menjelaskan semua jawapan itu BENAR. Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah MATI.
Karena janji Allah SWT bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati (Q.S. Ali Imran 185)

Kedua,
"Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?".
Murid -muridnya menjawab : "negara Cina, bulan, matahari dan bintang-bintang".
Lalu Imam Ghozali menjelaskan bahawa semua jawaban yang mereka berikan itu adalahBENAR.
Tapi yang paling benar adalah MASA LALU. Walau dengan apa cara sekalipun kita tidak dapat kembali ke masa lalu.Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.

Ketiga,
"Apa yang paling besar di dunia ini?".
Murid-muridnya menjawab : "gunung, bumi dan matahari".
Semua jawaban itu BENAR kata Imam Ghozali.
Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah NAFSU (Q.S.Al-A'Raf 179). Maka kita harus berhati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka.

Keempat,
"Apa yang paling berat di dunia ini?".
Ada yang menjawab : "besi dan gajah". Semua jawaban adalah BENAR, kata Imam Ghozali.
Tapi yang paling berat adalah MEMEGANG AMANAH (Q.S. Al-Ahzab 72).
Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi khalifah (pemimpin) di dunia ini.Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak dapat memegang amanahnya.

Kelima,
"Apa yang paling ringan di dunia ini?"
Ada yang menjawab : "kapas, angin, debu dan daun-daunan".
Semua itu BENAR kata Imam Ghozali, tapi yang paling ringan di dunia ini adalahMENINGGALKAN SHOLAT.
Gara-gara pekerjaan, kita meninggalkan sholat. Gara-gara kesibukan, kita meninggalkan sholat.
“Maka celakalah orang-orang yang shalat, yaitu mereka yang lalai dari mengerjakan shalatnya….” (Al-Ma’un: 4-5)

Dan pertanyaan keenam adalah,
"Apakah yang paling tajam di dunia ini?"
Murid-muridnya menjawab dengan serentak : "pedang".
BENAR, kata Imam Ghozali, tapi yang paling tajam adalah LIDAH MANUSIA.
Karena melalui lidah, manusia selalu menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri.


Wallahualam.


Rabbana, ampuni kesalahan dan khilaf kami.
Maafkanlah kebodohan kami.
Jangan Kau hukum kami karena kelemahan kami.
Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Maha Pemberi Hidayah.
Engkaulah pelindung kami dunia akhirat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali.

Delapan Perhiasan

Ada delapan perkara yang menjadi perhiasan bagi delapan perkara yang lain.

  1. Memelihara diri dari meminta-minta merupakan perhiasan bagi kefakiran
  2. Bersyukur kepada Allah adalah perhiasan bagi nikmat yang diberikan-Nya
  3. Sabar adalah perhisasan bagi musibah
  4. Tawadhu' diri adalah perhiasan bagi kemuliaan
  5. Santun adalah perhiasan bagi ilmu
  6. Rendah hati adalah perhiasan bagi seorang pelajar
  7. Tidak menyebut-nyebut pemberian adalah perhiasan bagi perbuatan baik
  8. khusyuk adalah perhiasan bagi shalat.

(Abu Bakar Ash Shiddiq r.a.)

Minggu, 24 Oktober 2010

Dulu, Kini, dan Nanti

Andaikan aku bisa kembali ke masa itu..
Saat matahari belum seterik ini..
Hingga aku merasa tak kuasa menahan panasnya hari.

Andaikan aku diizinkan kembali ke masa itu.
Saat embun pagi menyapa kelopak melati..
Yang wanginya masih menawan hati.

Andaikan aku boleh kembali ke masa itu..
Tentu 'kan ku perbaiki langkahku.
'Kan ku hapus hitamku.

Tapi apalah daya..
Aku hanyalah manusia yang tak mengerti.
Akulah pemimpi yang berharap tidak mati.
Tapi semoga aku memberi arti..
Bukan menjadi properti..
Yang berdiri menunggu debu menghampiri.

Kini 'kan ku coba lagi, tak pernah ku sesali apa yang t'lah ku lalui.
Karena selalu ada makna dalam setiap jejak..
Biarlah dulu menjadi angin lalu, jangan menjadi hambatan untuk terus berburu.
Lihat ke depan, jalan hidup menunggu untuk dilalui.
Jangan lah kau lengah sampai diakhir jalan nanti..
Hingga dibatas jalan kelak kita tersenyum untuk kembali..

Akhlak Rasulullah SAW dalam Kehidupan Pribadinya

Akhlak Rasulullah SAW sebagai seorang manusia secara pribadi, dapat kita contoh !
Dalam kegiatan Beliau sehari-hari, mulai dari cara beliau tidur, makan, minum, berjalan, tersenyum, berbicara, marah, tertawa, beribadah pada-Nya, dan lain sebagainya bener-bener.. WAW

1. Rasulullah SAW Tidur
Rasulullah SAW biasa tidur di awal malam, dan bangun di sepertiga malam terakhir.
Selain itu, Rasul juga melarang kita untuk menceritakan mimpi yang jelek, dan bersyukur kepada Allah SWT jika bermimpi indah, serta diperbolehkan untuk menceritakannya kepada yang lain.

Hikmah:

Kebiasaan bangun di penghujung malam kemudian melaksanakan shalat malam, memiliki efek positif terhadap tubuh dan pikiran manusia. Bagaimana tidak, setelah seharian penat bekerja, disibukkan oleh berbagai kegiatan dan tugas-tugas yang kadang membuat manusia stres, jiwa manusia memerlukan suatu “refreshing”, penenangan, dan pemulihan semangat. Dengan bangun di penghujung malam yang hening, di saat kebanyakan orang sedang terlelap tidur dan terbuai di alam mimpinya, kita bangun untuk mendekatkan diri pada-Nya, mengingat-Nya(dzikrullah) dan bermuhasabah(introspeksi diri).
Kebiasaan seperti ini akan membuat manusia selalu mawas diri dan menyadari akan tugas hidupnya di dunia, segala tindakannya akan senantiasa terkendali, dan akan selalu mendapatkan semangat hidup yang positif untuk memaknai sisa hidupnya.
Sedangkan kebiasaan mensyukuri mimpi yang indah serta menceritakannya kepada yang lain, adalah hal yang baik, karena dengan bersyukur menyebabkan manusia berpikir positif dan mungkin akan menjadi sugesti yang baik bagi yang bersangkutan. Sedangkan larangan untuk menceritakan mimpi yang tidak baik, bertujuan untuk menghindari sugesti yang jelek yang menyebabkan berkurangnya produktifitas orang yang bersangkutan, dikarenakan selalu dihantui oleh mimpi jeleknya.

2. Rasulullah SAW Makan dan Minum
Rasulullah SAW selalu memulai makan atau minum dengan membaca basmalah, menggunakan tangan kanan. Beliau juga sangat memperhatikan kehalalan dan kesederhanaan makanannya. Rasul hanya makan makanan yang dihalalkan oleh-Nya, sedangkan kesederhanaan yang dimaksud di sini adalah dari segi jumlahnya, Beliau tidak makan berlebihan, beliau makan di saat lapar dan berhenti sebelum kenyang.

Hikmah:

Kebiasaan memulai makan atau minum dengan membaca basmalah, adalah salah satu bentuk syukur kita atas semua rezeki dan nikmat yang Allah SWT berikan. Menjaga kehalalan dan kesederhanaan makanan yang kita konsumsi, memiliki efek yang sangat baik terhadap tubuh, karena makanan yang dihalalkan Allah SWT sudah pasti memiliki kandungan-kandungan zat yang sangat baik untuk tubuh manusia, begitupun dalam kesederhanaan jumlah makanan yang masuk ke tubuh, hal ini juga akan berefek pada kerja organ-organ pencernaan.

3. Rasulullah SAW Tersenyum, dan Berbicara
Rasulullah SAW adalah seorang yang sangat mulia akhlaknya, manis sikapnya, dan sangat terjaga ucapannya. Beliau selalu tersenyum dan menyapa siapa saja yang dijumpainya. Beliau tidak berbicara kecuali yang penuh manfaat, dan menganjurkan lebih baik diam daripada berbicara sia-sia. Cara berbicaranya sangat tenang, sehingga ucapannya jelas, dan tujuannya yang ingin disampaikannya pun bisa dimengerti oleh siapa saja yang menjadi pendengarnya.

Hikmah:

Sikap yang ramah dan murah senyum akan membuat orang lain senang, merasa aman, dan jauh dari perasaan terancam. Dengan demikian, akan menumbuhkan serta menguatkan tali silaturahmi.
Sedangkan kebiasaan untuk berbicara yang baik akan menghindarkan manusia dari kecelakaan yang disebabkan oleh lisannya. Begitu juga dengan cara bicara yang tenang dan jelas, akan membuat pesan yang ingin kita sampaikan dapat dengan mudah diterima oleh orang yang kita maksud.

4. Rasulullah SAW Berjalan dan Bergaul
Rasulullah SAW selalu berjalan dengan sikap yang wajar dan optimis, tidak bersikap sombong atau takabur di hadapan orang yang ditemuinya. Beliau selalu mendahului untuk menyapa dan mengucapkan salam, jika ada orang yang menyapa maka beliau akan berpaling dengan seluruh tubuhnya menghadap orang yang menyapanya. Beliau juga sangat menjaga pandangan terhadap laki-laki maupun perempuan.

Hikmah:

Sikap yang wajar dalam berjalan, serta memalingkan wajah dan seluruh badan merupakan bentuk penghargaan terhadap orang lain, hal ini juga yang akan menjauhkan manusia dari permusuhan, bahkan sebaliknya akan menumbuhkan tali silaturahmi atau bahkan menguatkan ikatan yang sudah terjalin.
Kebiasaan menjaga pandangan, akan menyelamatkan manusia dari kecelakaan yang bermula dari mata yang dapat menyebabkan timbulnya perbuatan dosa.

Kisah Pohon Apel

Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu. Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya.

Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. “Ayo ke sini bermain-main lagi denganku,” pinta pohon apel itu. “Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi,” jawab anak lelaki itu.”Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya.”

Pohon apel itu menyahut, “Duh, maaf aku pun tak punya uang… tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu.” Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita.

Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih. Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang. “Ayo bermain-main denganku lagi,” kata pohon apel. “Aku tak punya waktu,” jawab anak lelaki itu. “Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?” Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu,” kata pohon apel. Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira.

Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa
sangat bersuka cita menyambutnya.”Ayo bermain-main lagi denganku,” kata pohon apel.”Aku sedih,” kata anak lelaki itu.”Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?”

“Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah.”

Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian. “Maaf anakku,” kata pohon apel itu. “Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu.” “Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu,” jawab anak lelaki itu.

“Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat,” kata pohon apel.”Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu,” jawab anak lelaki itu.”Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini,” kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata.

“Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang,” kata anak lelaki. “Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu.” “Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang.” Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.

NOTE :

Wahai kawan..
Pohon apel itu seperti orang tua kita.
Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.

Dan, yang terpenting : cintailah orang tua kita. Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada kita.

Sumber : Safruddin in My Inspiration

Pengalaman

Kali ini saya mau ngebahas tentang 'PENGALAMAN'. Tau pengalaman ga? Hmm..
Tau lah ya.. Haha.. ^^,

Ada seorang profesor yang mengadakan penelitian tentang ikan Baracuda dan ikan Mullet. Baracuda adalah ikan ganas dan makanan favoritnya adalah ikan Mullet yang mungil.

Suatu ketika Baracuda dan Mullet ditempatkan dalam satu aquarium, tapi dipisahkan oleh kaca pembatas yang bening sehingga tak terlihat oleh kedua ikan itu.

Baracuda yang ganas itu begitu happy melihat makanan favoritnya ada di depan mata. Baracuda langsung bersiap-siap memangsa Mullet yang lucu. Ketika Baracuda maju ingin memangsa Mullet, tiba-tiba mukanya terbentur kaca bening yang tak terlihat olehnya.

"Duk.. Duk..!"
Berkali-kali Baracuda mencoba memangsa Si Mullet tapi tak berhasil. Pengalamannya terus berulang. Beberapa saat kemudian, pembatas kaca itu diangkat oleh sang Profesor. Tapi Baracuda sudah tidak berani maju ke wilayah Mullet, karena pengalamannya telah membuatnya trauma.

Baracuda berkeyakinan, jika ia menyerang Mullet lagi, pasti bibirnya semakin jontor. Padahal, masih ada pembatas kacanya ngga? Seandainya Baracuda tidak terbelenggu pengalamannya, bisa ngga Baracuda memakan Mullet? BISA!

-hikmah-

Pengalaman kehidupan dan lingkungan akan sangat mempengaruhi cara berpikirmu, yang akhirnya berakibat pada pembentukan karakter pribadimu. Bayangkan, kalau kamu ada dalam lingkungan sosial yang buruk. Lingkungan yang penuh celaan, hinaan, dan permusuhan, hanya akan menghasilkan manusia-manusia yang labil dan kurang bermoral.

Dalam sebuah hadis dijelaskan tentang perumamaan kawan baik dan kawan buruk.

"Bagaikan pembawa misik(kasturi), dengan peniup api tukang besi, maka yang membawa misik, adakalanya memberimu atau Anda membeli padanya, atau mendapat bau harum darinya. Adapun peniup api tukang besi, jika tidak membakar bajumu, atau Anda mendapat bau yang busuk daripadanya." [H.R. Bukhari dan Muslim]


Pengalaman-pengalaman hidup serta kejadian-kejadian yang kamu alami, sangat berperan dalam menciptakan pemikiran dalam dirimu. Seringkali pengalaman itu dijadikan sebagai tolak ukur diri dan membatasi cakrawala berpikirmu, akibatnya kamu akan melihat segalanya dengan sangat subyektif. Kamu akan menilai segala sesuatu berdasarkan "frame" cara berpikirmu, atau melihat berdasarkan bayangan ciptaanmu sendiri, bukan melihat sesuatu secara riil dan obyektif.

Suara hatilah yang sebenarnya berpotensi melindungi diri dari pengaruh pengalaman hidup, juga kejadian-kejadian di sekitar kita. Maka bebaskanlah dirimu dari belenggu pengalaman, supaya kamu menjadi hamba yang merdeka..

"Sama sekali bukan! Tetapi hati mereka telah dikuasai oleh apa yang mereka lakukan."
[Q.S. Al-Muthaffifin (83):14]


Terinspirasi dari Buku ESQ for Teens 1, Ari Ginanjar Agustian, Ridwan Mukri.
Semoga memberi manfaat.. ^^,

Cerita Malam

Jangan menerbangkan anak ayam.
Induknya pun tak kuasa untuk melayang.
Bagai hidup dibawah bayang-bayang.
Satu hilang, dua tak usah dibilang.

Tak usah mengajarkan ikan berenang.
Ada di air pun ia sudah senang.
Bagai hidup berumah kandang.
Ia kenang sebatas karang.

Bila malam tak berbisik.
Maka bintang kan menghilang.
Bila samudera tak berjuang.
Maka kapal akan tenggelam.
Tak bisa malam bertahan.
Karena bulan bukan Tuhan.

Minggu, 17 Oktober 2010

Kisah Seorang Pendaki

Suatu ketika, ada seorang pendaki gunung yang sedang bersiap-siap melakukan perjalanan. Di punggungnya, ada ransel carrier dan beragam carabiner (pengait) yang tampak bergelantungan. Tak lupa tali-temali yang disusun melingkar di sela-sela bahunya. Pendakian kali ini cukup berat, persiapan yang dilakukan pun lebih lengkap.

Kini, di hadapannya menjulang sebuah gunung yang tinggi. Puncaknya tak terlihat, tertutup salju yang putih. Ada awan berarak-arak disekitarnya, membuat tak seorangpun tahu apa yang tersembunyi di dalamnya. Mulailah pendaki muda ini melangkah, menapaki jalan-jalan bersalju yang terbentang di hadapannya. Tongkat berkait yang di sandangnya, tampak menancap setiap kali ia mengayunkan langkah. Setelah beberapa berjam-jam berjalan, mulailah ia menghadapi dinding yang terjal. Tak mungkin baginya untuk terus melangkah. Dipersiapkannya tali temali dan pengait di punggungnya. Tebing itu terlalu curam, ia harus mendaki dengan tali temali itu.

Setelah beberapa kait ditancapkan,tiba-tiba terdengar gemuruh yang datang dari atas. Astaga, ada badai salju yang datang tanpa disangka. Longsoran salju tampak deras menimpa tubuh sang pendaki. Bongkah-bongkah salju yang mengeras, terus berjatuhan disertai deru angin yang membuat tubuhnya terhempas-hempas ke arah dinding. Badai itu terus berlangsung selama beberapa menit. Namun, untunglah,tali-temali dan pengait telah menyelamatkan tubuhnya dari dinding yang curam itu. Semua perlengkapannya telah lenyap, hanya ada sebilah pisau yang ada di pinggangnya.

Kini ia tampak tergantung terbalik di dinding yang terjal itu. Pandangannya kabur, karena semuanya tampak memutih. ia tak tahu dimana ia berada. Sang pendaki begitu cemas, lalu ia berkomat-kamit, memohon doa kepada Tuhan agar diselamatkan dari bencana ini. Mulutnya terus bergumam, berharap ada pertolongan Tuhan datang padanya.

Suasana hening setelah badai. Di tengah kepanikan itu, tampak terdengar suara dari hati kecilnya yang menyuruhnya melakukan sesuatu. “Potong tali itu…. potong tali itu. Terdengar senyap melintasi telinganya. Sang pendaki bingung, apakah ini perintah dari Tuhan? Apakah suara ini adalah pertolongan dari Tuhan?

Tapi bagaimana mungkin, memotong tali yang telah menyelamatkannya, sementara dinding ini begitu terjal? Pandanganku terhalang oleh salju ini, bagaimana aku bisa tahu? Banyak sekali pertanyaan dalam dirinya. Lama ia merenungi keputusan ini, dan ia tak mengambil keputusan apa-apa…

Beberapa minggu kemudian, seorang pendaki menemukan ada tubuh yang tergantung terbalik di sebuah dinding terjal. Tubuh itu tampak membeku,dan tampak telah meninggal karena kedinginan. Sementara itu, batas tubuh itu dengan tanah, hanya berjarak 1 meter saja….

***
Sahabat, mungkin kita akan berkata, betapa bodohnya pendaki itu, yang tak mau menuruti kata hatinya. Kita mungkin akan menyesalkan tindakan pendaki itu yang tak mau memotong saja tali pengaitnya. Pendaki itu tentu akan bisa selamat dengan membiarkannya terjatuh ke tanah yang hanya berjarak 1 meter. Ia tentu tak harus mati kedinginan karena tali itulah yang justru membuatnya terhalang.

Begitulah, kadang kita berpikir, mengapa Sang Pencipta tampak tak melindungi hambaNya? Kita mungkin sering merasa, mengapa ada banyak sekali beban, masalah, hambatan yang kita hadapi dalam mendaki jalan kehidupan ini.

Kita sering mendapati ada banyak sekali badai-badai salju yang terus menghantam tubuh kita. Mengapa tak disediakan saja, jalan yang lurus, tanpa perlu menanjak, agar kita terbebas dari semua halangan itu?

Namun sahabat, cobaan yang diberikan Sang Pencipta buat kita, adalah latihan, adalah ujian,
adalah layaknya besi-besi yang ditempa, adalah seperti pisau-pisau yang terus diasah.
Sesungguhnya, di dalam semua ujian, dan latihan itu,ada tersimpan petunjuk-petunjuk,
ada tersembunyi tanda-tanda, asal KITA PERCAYA

Ya, asal kita percaya. Seberapa besar rasa percaya kita kepada Sang Pencipta, sehingga
mampu membuat kita“memotong tali pengait” saat kita tergantung terbalik? Seberapa besar rasa percaya kita kepada Sang Pencipta, hingga kita mau menyerahkan semua yang ada dalam diri kita kepadaNya?

Karena percaya adanya di dalam hati, maka tanamkan terus hal itu dalam kalbumu. Karena rasa percaya tersimpan dalam hati, maka penuhilah nuranimu dengan kekuatan itu. Sahabat-ku, percayalah, akan ada petunjuk-petunjuk Sang Pencipta dalam setiap langkah kita menapaki jalan kehidupan ini. Carilah, gali, dan temukan rasa percaya itu dalam hatimu. Sebab, saat kita telah percaya, maka petunjuk itu akan datang dengan tanpa disangka.

-Mario Teguh-

Semoga Bermanfaat ^^,

Kalau Saja Para Pemimpin Tahu

Kalau saja para pemimpin tahu bahwa Allah mengetahui segala gerak dan perilaku yang mereka lakukan, niscaya mereka akan berhati-hati dan menjaga diri untuk selalu melakukan kebenaran.

Kalau saja para pemimpin tahu bahwa Allah sangat dekat dan melihat mereka, niscaya mereka akan berkata dan bertindak jujur dan adil walaupun mereka sedang sendirian.

Kalau saja para pemimpin tahu bahwa hari akhir akan tiba, niscaya mereka akan senantiasa mempertanggungjawabkan semua perilaku dan keputusan yang telah mereka buat.

Kalau saja para pemimpin tahu bahwa do'a-do'a orang yang terzalimi selalu terkabul, niscaya mereka berjuang keras agar tidak menzalimi orang-orang yang ada di sekitarnya.

Kalau saja para pemimpin tahu bahwa semua yang dilakukan tidak akan luput dari catatan para malaikat, niscaya mereka senantiasa mengukir amal baik agar dapat menghadap Allah dengan penuh kebanggaan.

Kalau saja para pemimpin tahu bahwa peradilan Allah nyata adanya, niscaya mereka akan senantiasa berbuat adil dalam memberikan keputusan dan kesaksian.

Kalau saja para pemimpin tahu bahwa harta dan jabatan dapat menjerumuskan mereka ke dalam kenistaan, niscaya mereka tidak akan berlomba-lomba untuk meraihnya semata-mata demi memuaskan hawa nafsunya.

Kalau saja para pemimpin tahu bahwa akan disajikan makanan dan minuman yang tidak akan mengenyangkan dan menghilangkan rasa haus di akhirat kelak, niscaya mereka senantiasa menjemput rezeki dengan cara yang halal.

Kalau saja para pemimpin tahu bahwa mata, hidung, telinga, tangan, kaki, dan kulitnya akan berbicara pada hari perhitungan kelak, niscaya mereka senantiasa akan menjaga dirinya agar terhindar dari perbuatan yang menjerumuskan.

Kalau saja para pemimpin tahu bahwa saat ini Allah sedang menyaksikan mereka, niscaya saat ini pula mereka akan menangis menyesali semua kesalahan yang pernah mereka lakukan.

Sesungguhnya mereka tahu bahwa dunia ini bagaikan cermin yang besar yang merefleksikan segala sesuatu yang mereka lakukan. Jika mereka menebarkan kasih sayang, persahabatan, dan membentangkan tangan secara terbuka, niscaya dunia dan seisinya akan menyayangi, bersahabat, dan membantu mereka.

Dan taukah Anda, siapa pemilik dunia dan seisinya? Dialah Allah yang tidak pernah istirahat dan tidur sedetik pun sehingga apa pun yang terjadi tidak akan luput dari pandangan-Nya.

Kalau saja para pemimpin tahu bahwa semua ada balasannya, niscaya mereka akan selalu membuat Allah tersenyum.


Kalau saja para pemimpin tahu...



pustaka : 99 ideas for happy leader, dengan perubahan

Intense Debate Comments

Link Within

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Label