Kamis, 02 Februari 2012

Hikmah dari Paku Agar Kita Menghindari Marah


..Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi tenteram.. (Ar-Ra’d: 28)
___________

Pada Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bersifat pemarah dan selalu memaki orang lain ketika Ia marah. Untuk mengurangi kebiasaan marah sang anak, ayahnya memberikan sekantong paku dan mengatakan pada anak itu untuk memakukan sebuah paku di pagar belakang setiap kali dia marah.

Hari pertama anak itu telah memakukan 48 paku ke pagar setiap kali dia marah. Lalu secara bertahap jumlah itu berkurang. Dia mendapati bahwa ternyata lebih mudah menahan amarahnya daripada memakukan paku ke pagar.

Akhirnya tibalah hari dimana anak tersebut merasa sama sekali bisa mengendalikan amarahnya dan tidak cepat kehilangan kesabarannya. Dia memberitahukan hal ini kepada ayahnya, yang kemudian mengusulkan agar dia mencabut satu paku untuk setiap hari dimana dia tidak marah.

Hari-hari berlalu dan anak laki-laki itu akhirnya memberitahu ayahnya bahwa semua paku telah tercabut olehnya. Lalu sang ayah menuntun anaknya ke pagar.

Snga Ayah menjawab, "Hmm, kamu telah berhasil dengan baik anakku... tapi, lihatlah lubang-lubang di pagar ini..

Pagar ini tidak akan pernah bisa sama seperti sebelumnya..


"Ketika kamu melakukan sesuatu dengan kemarahan. Kata-kata dan perbuatanmu meninggalkan bekas seperti lubang ini ... di hati orang lain.

Kamu dapat menusukkan pisau pada seseorang, lalu mencabut pisau itu ... Tetapi tidak peduli beberapa kali kamu minta maaf, luka itu akan tetap ada ... Dan luka karena kata-kata adalah sama buruknya dengan luka fisik ..."

Maka..

Jagalah hatimu..

Jagalah lisanmu..


***

Sahabatku, memang niscaya, sebuah permintaan maaf bisa mengobati banyak hal. Namun, agaknya kita juga harus mengingat, bahwa semua itu tak akan ada artinya, saat kita mengulangi kesalahan itu lagi dan lagi.

Cerita ini memberikan kita hikmah bahwa marah atas keadaan yang menjengkelkan memang manusiawi, namun marah adalah pilihan, menghindarinya adalah hal terbaik yang bisa kita lakukan. Karena marah membawa banyak keburukan terhadap diri sendiri pun terhadap orang lain.

Menahan marah ialah menahan dari melaksanakan tuntutan ledakan marah seperti memukul, memaki atau mengamuk. Seseorang yang gagah perkasa dan handal bukan yang mampu bergulat dan beradu tenaga, melainkan yang mampu menahan marah. Marah diizinkan hanya apabila ia didorong oleh perasaan mau membela kebenaran karena Allah, namun mestilah menurut cara hikmah dan batas yang dibenarkan.


Sahabat, berikut ini kiat-kiat menghindari marah :

1. Bila engkau marah bacalah taawwudz (a’udzubillahi minasy syaithaanir rajiim). Karena pada hakikatnya perasaan marah adalah dorongan dari syetan. Hal ini dinyatakan dalam hadits berikut.
Dua orang saling mengejek didekat Nabi Shallallahu alaihi wasallam, lalu salah seorang darinya mulai marah. Nabi Shallallahu alaihi wasallam memandang kepadanya, dan berkata, “Sungguh aku ingin mengajari suatu ucapan yang seandainya ia ucapkan tentu hal itu (kemarahannya) akan hilang darinya. Yaitu a’udzubillahi minasy syaithaanir rajiim (aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk).” (HR Muslim).

2. Bila engkau marah, maka berusalah untuk diam atau tidak banyak bicara, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu alaihi wasallam,
“Apabila salah seorang di antara kamu marah, maka diamlah!” (HR Ahmad)
3. Bila engkau marah dalam keadaan berdiri, maka duduklah. Bila duduk masih marah, maka berbaringlah. Karena Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda;
“Maka apabila salah seorang diantaramu marah dalam keadaan berdiri, duduklah, dan apabila dalam keadaan duduk, berbaringlah” (HR Abu Daud).
4. Bila ketiga upaya diatas belum membuahkan hasil, maka berwudhu’lah, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu alaihi wasallam,
“Sesungguhnya marah itu dari setan dan setan terbuat dari api, dan api hanya bisa dipadamkan oleh air. Oleh karena itu, apabila seorang diantara kamu marah, maka berwudhu’lah” (HR Abu Daud).

dan . .

..Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi tenteram.. (Ar-Ra’d: 28)

Tidak ada komentar:

Intense Debate Comments

Link Within

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Label