Selasa, 05 Februari 2013

Catatan Laskar Rimba, Pendakian Ceremai (Part I)

Saat itu..

Bandung 4 Januari 2013

Rencana pendakian gunung tertinggi di Jawa Barat insyaAllah fix tanggal 4-6 Januari tahun 2013 ini, saat libur semester ganjil perkuliahan ITB masih berlangsung. Aku bersama 6 sahabat yang terdiri dari 4 mahasiswa  ITB dan 2 mahasiswa UNPAD berniat melakukan pendakian Gunung Ceremai yang puncaknya terletak di 3078 mdpl (meter di atas permukaan laut). Awalnya hanya Aku Marcel Tirawan SI’11, Tubagus Fakhri Muhammad EP’11, Habib Mufid Ridho STI’11, Langgam Bagaspratomo TE’11, dan Faishal Aziz GeoUNPAD’11 yang berniat melakukan perjalanan ini. Kemudian Kami mengajak beberapa orang lain yang mungkin mau ikut juga bertualang ke Ceremai. Alhasil Dirga Ahmad TELE’11, Gema Rizaldi TM’11, Ifan Akhmad SI’11, berminat ikut juga namun terkendala izin kecuali Gema. Akhirnya Gema pun gabung ke rombongan “Laskar Rimba” pendaki Ciremai. Faishal pun mengajak temannya, Aliuddin GeoUNPAD’11, yang juga berminat berangkat ke Ceremai. Tujuh orang pun bersiap melakukan pendakian.

Persiapan pendakian pun dimulai H-5 keberangkatan, Minggu pagi 30 Des 2012 setelah berfutsal bloody Sunday di Ballroom seperti biasa dilanjut DotA di rumah Fakhri ‘till drop. Kami membicarakan persiapan keberangkatan sampai Isya menjelang, lalu setelah pulang ke rumah masing-masing. Fakhri bermodalkan buku naik gunung for everybody dan web surfing berhasil membuat 3 Notes FB berisi info terkait barang bawaan, adab pendakian, dan cara packing barang-barang ke dalam tas carrier. Setelah itu persiapan dilakukan perorangan.

Rabu pagi 2 Jan 2013 rencananya olahraga persiapan pendakian, Saraga ITB jam 7 pagi, namun rencana hanya jadi wacana. Hanya Gema, Fakhri, Habib yang lari, ehehe. Jam 9 Kami berempat mendata barang-barang yang perlu dibawa nanti, kemudian datanglah Bagas dan Dirga ke tempat Kami berkupul. Kami membuat daftar barang yang harus dipinjam ke tempat penyewaan, setelah itu Kami bubar mengisi agenda-agenda lain. Fakhri Gema Dirga nonton 5 cm, Bagas menghilang, Habib ke ITB, Aku ke Salman membicarakan acara kongkow bersama Ilham Cuhi de el el. Setelah itu, menjelang dzuhur Aku pergi menuju Buah Batu rumah Ilham Agung Pinasi tuk meminjam tas carrier, matras, kupluk, plus head lamp-nya. Kemudian besoknya Aku pinjam tenda PMR 3 yang berada di Markas PMR, Alhamdulillah ada tenda kapasitas 5 sampai 6 orang ukuran 2m x 8m yang bisa digunakan nanti. Sebelumnya sudah ada tenda Bagas yang kapasitasnya 3 sampai 4 orang, jadi dengan 2 tenda ini kebutuhan tenda terpenuhi.

Jumat pagi 4 Jan 2013 jam 8.00 kami janjian kumpul di rumah Fakhri tuk packing, namun Dirga dan Ifan berhalangan ikut tuk kali ini. Alhasil 7 orang yang inysaAllah berangkat yaitu Bagas, Fakhri,Habib, Faishal, Gema, Aliuddin, dan tentunya si Gue ini. Rencananya Kami berangkat naik Damri Bandung-Kuningan dari Terminal Cicaheum jam 5 sore lalu turun di Linggarjati, perjalanan di Bis sekitar 5 jam maka Kami tiba di Linggarjati jam 10 malam. Sebelum ke terminal, Kami kecuali duo Geologi-man, Faishal dan Aliuddin, yang sedang UAS di hari Jumat itu packing barang-barang keperluan pendakian ke carrier masing-masing setelah meminjam beberapa carrier, sleeping bag, matras, misting,dan parafin ke 2 tempat penyewaan barang barang camping, sebut saja Almen dan … .

Kami pun packing, Barang-barang bawaan ini seperti kata peribahasa.. Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi.. BERAT! Berat tas Carrier yang awalnya hanya 2 sampai 4 Kg sekarang menjadi 18 sampai 20 Kg. Barang yang membuat berat ialah 4 botol Air 1,5 Liter yang dibawa oleh masing-masing orang. Jaga-jaga kalau kurang air, kan bahaya tuh dehidrasi di perjalanan. Apalagi berdasarkan info kepo Kami, ga ada sumber air di ketiga jalur pendakian Ceremai. Linggarjati, Patulungan, dan Apuy hanya memberikan kesempatan pada pendaki untuk mengisi air di pos awal pendakian awalnya saja. Kenapa harus 4 botol 1,5L? Tentu saja hasil kepo dari internet plus diperkuat himbauan pengurus Taman Nasional Gunung Ceremai pendaki minimal bawa 5 Liter air untuk minum. Pas!

Persiapan beres!

Jumatan dah di dekat rumah Fakhri, lanjut nyoba bikin tenda sambil nunggu Faishal plus Aliuddin yang nyusul gabung setelah beres UAS jam 3 sore itu dari Jatinangor. Teng! Jam menunjukan pukul 4.30 sore, belum muncul batang hidung Faishal. Kami siap-siap memasukan barang-barang ke mobil untuk menuju terminal, dan akhirnya Faishal datang bareng Supra X-nya tanpa bawa carrier. Hanya bawa kamera Dendra yang dipinjam tuk sedikit mengabadikan momen menuju puncak Ceremai. Motor-motor dah disimpan di dalam rumah, saatnya berangkat! Kami berenam menumpang mobil Ibu Fakhri sampai terminal, di terminal sudah ada Aliuddin dan dua tas carrier, satu miliknya dan satu lagi milik Faishal. Avanza pun melaju menuju terminal Cicaheum menembus jalanan di Cikutra, Bandung Timur.

Jam 4.55 sore
Saat Kami lewat depan terminal nampak sesosok lelaki tepat dipinggir jalan duduk di trotoar memandangi arus kendaraan yang padat di Cicaheum saat itu, malang nian nih bocah, hasil kerjaannya Faishal nih. Siapa lelaki itu? yap itu Aliuddin, duduk di tempat yang penuh asap nan dinaungi awan kelabu mengharu biru tanda langit kan mencurahkan hujan awal tahunnya di sore nan dingin itu. Suasana mencekam, Bis terakhir menuju Kuningan akan berangkat tepat pukul 5 sore.

Akankah kami terlambat?

Ckit! Mobil berhenti melaju dan menepi di jalan pinggiran terminal. Detik-detik terakhir ini terasa sangat krusial. Kami segera menurunkan barang-barang bawaan, dan berpamitan dengan Ibu Fakhri. Aliuddin datang bersama Faishal dan barang-barangnya dari tempat berdiamnya tadi. Bergegas langsung menuju dalam terminal, semua mata orang di pinggir terminal nampak heran dengan kedatangan Kami membawa tas carrier yang besarnya ga manusiawi itu. Ahaha

Sesosok lelaki paruh baya bertanya, “Bade kamana cep?”
“Kuningan!”, jawab Kami. “Sok hayu–hayu”, ajaknya menggiring Kami menuju Bis terakhir ke Kuningan. Sip mantap! Kursi paling belakang kosong melompong, langsung dah nyimpen semua barang-barang bawaan. Carrier plus barang kelompok tambahan, dua tenda yang telah dibagi-bagi sehingga mudah dijinjing. Jam 5 pas roda-roda Bis ini pun mulai berputar meninggalkan jejak debu derap langkah kami yang bergesa menuju Bis tadi. Huuuft! Senja yang indah di Cicaheum.

Nah! Ada yang ketinggalan di Avanza! Paralon penyangga rangka tenda ukuran kecil yang seharusnya jadi tanggungjawab si gue.. Oke sip, langsung call Ibu Fakhri nanya konfirmasi barang itu ada di mobil atau ngga. Fakhri pun call, daaan.. Ada euy, di bawah bangku. Pantes ga terlihat. Avanza kebetulan menuju arah yang sama dengan arah Bis, langsung aja Aku dan Habib menuju tempat supir bis tuk beri tahu ada barang yang tertinggal jadi sebentar lagi mohon menepi, di Antapani apalah itu. Sambil cuap-cuap bareng pa supir akhirnya sampailah di tempat Ibu Fakhri menunggu, Set! langsung keluar Bis dan ambil barang itu secepat kedipan mata. Salam lagi dan balik lagi ke Bis. Untunglah saat itu Jalanan padat, jadi ga mengganggu arus jalan. Bis jalan lagi dah, Alhamdulillah

Sesuai penuturan pa supir DAMRI setelah bincang sore tadi, Bis ini sampai di Linggarjati jam 10 malam, oke sip! Sekarang masih jam 5.30 saatnya foto-foto terus tidur..

Makhluk-Makhluk Olim

Wajah-Wajah Bahagia


Jam 7.30 malam..
Braaak! Taaak! Drrrrd drrrrd drrrrrrrrr..
Bis pun menepi dipinggiran jalan menikung khas pegunungan Selatan Jawa! sesuatu terjadi pada ban belakang Bis tepat dibawah tempat Gema duduk dan tertidur. Penumpang yang semula hening mendadak riuh terbangun dari lelap tidurnya, mencari tau darimana sumber suara gaduh itu berasal. Kenek Bis mengecek mesin belakang Bis, dan ternyata kopling Bis amblas dari tempatnya, baut-bautnya mungkin berlepasan di sepanjang jalan dari Bandung. Sekarang Bis terdampar di tengah hutan, daerah Sumedang Cadas Pangeran. Waw!

Semua penumpang turun, dan tiba-tiba Faishal menyodorkan HP-nya. Memperlihatkan pesan singkat dari seseorang, Ilham namanya. “Sol, pendakian Ceremai ditutup. Ada yang meninggal tadi sore, urang dapet kabar dari @infopendaki.”

*DEG! Aaaaaaaaaaaaaa! Innalilahi..

Langsung Aku cek kebenaran info itu, nyalakan HP lalu segera masuk twitter dan search @infopendaki. Ternyata.. benar adanya. Seorang mahasiswa dari Kuningan meninggal dunia dalam perjalanan ke rumah sakit setelah mendaki Ceremai melalui jalur Palutungan. Kabarnya, Ia kelelahan setelah mendaki sampai punjak dalam cuaca yang ekstrim lalu langsung turun kembali, setelah diselamatkan petugas dan dibawa ke rumah sakit, dalamperjalanan Ia menghembuskan nafas terakhirnya.. Salam hormat pendaki dari kami, kawan. Semoga engkau bahagia di akhirat kelak. Dan karena adanya kejadian itu, sangat mungkin pendakian Ceremai ditutup untuk sementara waktu..

Aku mengabarkan berita ini ke semua kawan, dan bibit-bibit keraguan tuk melanjutkan perjalanan pun bermunculan.. Sendu di malam nan sunyi ditemani tangis alam saat itu adalah paduan yang pas tuk mengiringi kegundahan Kami..

Haruskah Kami kembali pulang?
Haruskah?


>>to be continued..





Tidak ada komentar:

Intense Debate Comments

Link Within

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Label