Jam 7.30 malam..
Braaak! Taaak! Drrrrd drrrrd drrrrrrrrr..
Bis pun menepi dipinggiran jalan menikung khas pegunungan
Selatan Jawa! sesuatu terjadi pada ban belakang Bis tepat dibawah tempat Gema
duduk dan tertidur. Penumpang yang semula hening mendadak riuh terbangun dari
lelap tidurnya, mencari tau darimana sumber suara gaduh itu berasal. Kenek Bis
mengecek mesin belakang Bis, dan ternyata kopling Bis amblas dari tempatnya,
baut-bautnya mungkin berlepasan di sepanjang jalan dari Bandung. Sekarang Bis
terdampar di tengah hutan, daerah Sumedang Cadas Pangeran. Waw!
Semua penumpang turun, dan tiba-tiba Faishal menyodorkan
HP-nya. Memperlihatkan pesan singkat dari seseorang, Ilham namanya. “Sol,
pendakian Ceremai ditutup. Ada yang meninggal tadi sore, urang dapet kabar dari
@infopendaki.”
*DEG! Aaaaaaaaaaaaaa! Innalilahi..
Langsung Aku cek kebenaran info itu, nyalakan HP lalu segera
masuk twitter dan search @infopendaki. Ternyata.. benar adanya. Seorang
mahasiswa dari Kuningan meninggal dunia dalam perjalanan ke rumah sakit setelah
mendaki Ceremai melalui jalur Palutungan. Kabarnya, Ia kelelahan setelah
mendaki sampai punjak dalam cuaca yang ekstrim lalu langsung turun kembali,
setelah diselamatkan petugas dan dibawa ke rumah sakit, dalamperjalanan Ia
menghembuskan nafas terakhirnya.. Salam hormat pendaki dari kami, kawan. Semoga
engkau bahagia di akhirat kelak. Dan karena adanya kejadian itu, sangat mungkin
pendakian Ceremai ditutup untuk sementara waktu..
Aku mengabarkan berita ini ke semua kawan, dan bibit-bibit
keraguan tuk melanjutkan perjalanan pun bermunculan. Berbagai alternatif tempat
Kami musyawarahkan, dari mulai mendaki Manglayang atau sekedar jalan-jalan saja
di Kuningan kelak. Tapi tekad kami bulat! Plan masih seperti rencana
sebelumnya, Kami akan melangkah ke Puncak Ceremai! Kami tak kehilangan harapan,
masih ada kemungkinan pendakian Ceremai tetap dibuka..
Teringatlah Aku akan sebuah quotes..
Jika saya coba, saya mungkin gagal..
Tapi jika saya tak coba, sudah
pasti saya gagal..
Kami membulatkan tekad untuk mencoba!
Jam 8.00 malam..
Bis pengganti pun datang, dan kami bergegas naik lewat pintu
bagian belakang. Alhamdulillah spot belakang masih kosong, Carrier pun disimpan
di tempat barang-barang bagian belakang Bis. Duduk manis dan larut dalam sunyi
nan syahdunya malam Sumedang berharap takdir perjalanan Kami kali ini ialah
sampai pada puncak Ceremai dan kembali ke Bandung dengan selamat. Habib dan
Fakhri saling browsing tempat-tempat menarik di Kuningan yang bisa dijadikan
alternatif pilihan kalau-kalau.. Ah sudahlah, kau pasti tau, iya kan?
11.45 malam..
“Linggarjati.. Linggarjati..” suara kenek Bis membangunkan
lelapnya tidur Kami. Ah, sampai! Inilah tempat perhentian Kami. Linggarjati,
tempat bersejarah nanpenuh kenangan, inilah tempat perjanjian antar Belanda dan
Indonesia digelar. Estafet Kami keluarkan barang-barang bawaan Kami dari Bis,
tengah malam dan hujan rintik-rintik pun turun menemani keheningan malam Kami
dipinggiran jalan raya Kuningan-Cirebon.
Tak tampak aktifitas masyarakat di
tengah malam seperti ini, sepi menyelimuti para makhluk jumbo saat itu. Ah! Ada
pangkalan ojek, dan ada beberapa motor yang menemani pengendaranya, Ia menunggu
penumpang. Ku hampiri mereka dan berbincang, alhasil informasi pun didapat.
Jarak 3 Km memisahkan Kami dengan pos awal pendakian Linggarjati. Jalan kaki
malam hari dari tempat kami berpijak sampai pos awal pendakian dengan keadaan
lelah dan cuaca hujan bukanlah pilihan bijak. Ojek yang tersedia hanya ada 3,
sedangkan kami ada 7 orang. Satu ojek hanya mungkin membawa 1 orang dengan
bawaan carrier yang besar itu. Jika harus gantuian naik ojek itu akan memakan
waktu yang lama, sedangkan Kami butuh istirahat tuk mempersiapkan fisik
pendakian pada esok pagi.
Kami akan bermalam disini!
Kami perlu informasi dimana mesjid
terdekat, para tukang Ojek pun memberi tahu bahwa ada mesjid di sekitar sini,
namun dikunci. Oke sip, info awal ini Aku tampung. Info ini kukabari ke
kawan-kawan lalu tuk pastikan info, Aku dan Faishal berjalan di pinggiran
jalan, mencari orang yang bisa member informasi mesjid terdekat yang bisa
digunakan tuk bermalam. Akhirnya setelah pencarian 100 meter, Kami bertemu Toko
Jamu lalu mencari informasi.. Fix! Kami akan menginap di mesjid sekitar sini,
informasinya pintu mesjid memang dikunci, namun terasnya tidak. Bergegas kami
menuju Utara melewati pos Ojek tadi lalu berpamitan dan member info bahwa Kami
akan bermalam di mesjid lalu berangkat ke pos pendakian besok pagi. Perjalanan
kami lanjutkan, menelusuri jalanan menuju mesjid yang sebelumnya telah Faishal
temukan.
Mesjid Al-Furqon Linggarjati
Hap! Langkah pertama kaki kami telah sampai di pelantaran
mesjid yang luas itu, halamannya terdapat lapangan upacara lengkap dengan
bendera diatas tiang putih menjulang menantang langit, di sebelah utara
terdapat lapangan bulu tangkis dan volley. Mesjid ini berada di area kantor
desa di Linggarjati. Pemandangan ini menyejukan Kami yang tengah lelah mencari
tempat bernaung tuk pulihkan stamina.
Alhamdulillah..
Pintu dalam mesjid dikunci, segera Kami bersihkan teras
samping bagian selatan mesjid tuk kami manfaatkan sebagai tempat istirahat,
matras dan sleeping bag pun di keluarkan. Setelah shalat maghrib dan isya, Kami
menuju tempat istirahat masing-masing dan terlelap dalam suasana rintik hujan
dini hari.
Jam 03.00 pagi..
Pagi ini Kami terbangun oleh panggilan pengingat shalat dari
warga sekitar yang telah ada di dalam mesjid. Nyawa pun dikumpulkan tuk segera
bangun dari tidur nan singkat. Namun.. baru saat Adzan subuh berkumandang Kami
benar-benar bangun, packing lalu shalat. Beres-beris plus bersih-bersih mesjid
sambil bercengkarama, tak terasa jam menunjukan pukul 5.30. Kami siap melangkah
menjemput takdir pendakian kami. Selamat tinggal Mesjid Al-Furqon yang telah
menjadi bagian cerita perjalanan Kami, kelak Kita kan bertemu lagi.. InsyaAllah
Kami mempersiapakan barang bawaan dan perbekalan, Faishal
dan Aliuddin bawa 4 botol air minum loh! 600ml.. #ea kurang atuh euy, harusnya
4 botol 1,5L. Bisa-bisa balik ke Bandung cuma tinggal namanya aja nih kalau
bawa air Cuma segitu. Akhirnya mampir ke warung pinggir jalan dan masing-masing
beli 2 botol air 1,5L deh. Kebetulan saat ituada angkot bewarna kining jurusan
Linggarjati. Angkot atau Angdes ya? Lupa euy. Ya itulah pokoknya, penumpangnya
ada 2 orang Ibu-ibu yang membawa sayuran. Nampaknya baru belanja dari pasar.
Jam 06.00 itu kami naik angkot itu, sewa sampai pos Linggarjati dengan tarif
5000 tiap orang tanpa menurunkan penumpang sebelumnya. Plastik isi tenda
manaaa? Gema sibuk, dan ternyata setelah cari mulai warung sampai mesjid,
barangnya udah ada di dalem angkot K
#okesip
Angkot pun melaju mengantarkan penumpang terdahulu, lalu
mengantar Kami ke pos pendakian Ceremai jalur Linggarjati. Heup, jam 06.15 pagi
kami sampai di pos pendakian Linggarjati, namun masih tutup. Hanya ada warung
yang buka dan disitu Kami bertemu 2 orang pendaki lain yang berniat mendaki
Ceremai juga, mas Hendrik dan mas Apri. Kami masih belum tau apakah jalur
pendakian dibuka atau tidak, akhirnya sambil bincang-bincang kami mendapat info
bahwa..
Jalur Pendakian Ceremai DIBUKA!
Walaupun kemarin sore ada kejadian yang
tak diharapkan oleh siapapun yang mendaki gunung.
Huuuuft! Up up up semangat Kami melesat sampai ke Nirwana!
Sang Mentari mengintip di balik pepohonan dan angin pagi hari menghembus
menggetarkan dedaunan pagi itu seakan berbisik “Dimana ada kemauan, disitu ada
jalan..”
Kami bersiap melakukan pendakian dan sarapan di warung
sederhana pinggir pos pendakian. Sambil nunggu makanan, boleh dong sedikit
narsis J
Pos Linggarjati 600 mdpl
Dari kiri ke kanan :
Bagas, Marcel, Habib, Gema, Fakhri, Aliuddin, Mas Hendrik ‘yang dikanan banget’
Faishal Aziz, Sang Fotografer di kaki Gunung Ceremai, Linggarjati 600
mdpl
Alhamdulillah makan pagi telah selesai, nasi plus telur tahu
dan sayur hanya 5000 rupiah~ dahsyaaat. Udah jam 6.45 pagi tapi belum datang
juga petugas pendaftaran pendakiannya. Pas di telepon ternyata bilang 30 menit
lagi. #okesip Kami mengisi waktudengan bincang-bincang tentang rencana tempat
kemah bersama mas Hendrik dan Apri juga, karena Kami masih pemula, sebisa
mungkin ada orang-orang ahli yang udah sering naik turun Gunung kaya mereka
berdua ini yang bisa mandu perjalanan Kita. Rencananya sih Kami bertujuh dan
Mas Hendrik plus Apri akan jalan bersama dan berkemah di Sangga Buana I atau
Sangga Buana II.
Jam 07.15 pagi..
Akhirnya petugas datang dan Kami pun mendaftar dengan biaya
10000 tiap orang, plus fotokopi KTP juga untuk mendapatkan Surat Izin Pendakian.
Akhirnya SIMAKSI telah Kami dapatkan, lets go!
Sebelum mulai Kami mengambil pesanan makan siang bungkus
dengan menu percis seperti sarapan tadi pagi, rencananya makanan itu untuk
makan siang nanti. Lalu musyawarah singkat nan sepihak, Aku mimpin pendakian
ini.
Saat mas Hendrik dan Apri telah berjalan duluan, Kami bertujuh masih
bersibuk ria menyusun perbekalan dan memakai carrier. Tiap orang punya
tanggungjawab membawa satu barang kelompok. Setelah siap semua, Kami berdoa
lalu membuat jargon nan aneh. “Ciremai, Huhuyeah Allahu Akbar!” Go!
Kami
menyusul Mas Hendrik dan Apri dari kejauhan.
Langkah -langkah pertama telah Kami tapaki, kabut kelam nan kelabu yang menyelimuti Ceremai seakan menyembunyikan sejuta misteri, takdir apa yang akan Kami temui di tengah perjalanan nanti. Apapun takdir yang menjemput, Kami tidak tau itu musibah atau anugerah, yang jelas, Kami berbaik sangka pada Allah..
Apa yang akan terjadi setelah ini?
Akankah Laskar ini sampai ke puncak?
Saat itu.. Kami tidak tau jawabannya..
>>to be continued..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar