Minggu, 17 Mei 2015

Daun dan Embun

Ingatkah engkau kepada,
Embun pagi bersahaja,
Yang menemani mu,
Sebelum cahaya
Ingatkah engkau kepada,
Angin yang berhembus mesra,
Yang 'kan membelai mu, cinta.
Sebelum Cahaya - Letto
Inilah kisah tentang daun yang terus tumbuh seiring waktu, dulu ia kecil mungil dan malu-malu. Masih rentan tuk bisa melawan kerasnya kehidupan abad dua puluh satu. Warnanya pun masih hijau nan memukau para penduduk dunia. 
Sayang, sekarang ia mulai memasuki masa senjanya. Sejarah telah mencatat segala perannya untuk membantu sang tanaman menghasilkan buah sepanjang tahun. Daun mulai menguning dan bersiap untuk jatuh diterbangkan hebusan angin sore hari.
Embun, ia lah yang selalu setia menemani daun dalam setiap hari-hari yang dilewatinya. Embun pagi telah menjadi guru kehidupan yang meneguhkan daun dalam setiap langkahnya. Ia mengajari daun dengan penuh kesabaran semenjak daun belum tau apa-apa hingga sekarang ia kuat menjalani semuanya sebagai sang daun mesin kehidupan tanaman.
Selama daun belum gugur, embun akan selalu hadir menemaninya sampai cahaya mengintip di balik pepohonan dan mentari kian meninggi. Begitulah seterusnya dari hari ke hari. Embun tak pernah keberatan untuk hadir lagi dan lagi, walau daun tak memintanya untuk kembali.
Kitalah daun, sedangkan embun adalah mereka, para guru kehidupan yang akan selalu istimewa keberadaanya. Atas kesetiaannya, sungguh, embun tak perlu berwarna untuk membuat daun jatuh cinta..
Sudut Kontemplasi, 17 Mei 2015 22.59 WIB | Marcel Tirawan

Tidak ada komentar:

Intense Debate Comments

Link Within

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Label