Rabu, 18 Januari 2012

Sulit, Mudah, Ridha-Nya..

satu waktu, sudah lama sekali
seseorang berkata dengan wajah sendu,
"alangkah beratnya.. alangkah banyak rintangan..
alangkah berbilang sandungan.. alangkah rumitnya.."

aku bertanya, "lalu?"
dia menatapku dalam-dalam, lalu menunduk
"apakah sebaiknya kuhentikan saja ikhtiar ini?"

"hanya karena itu kau menyerah, kawan?"
aku bertanya meski tak begitu yakin apakah aku sanggup
menghadapi selaksa badai ujian dalam ikhtiar seperti yang dialaminya.
"yah, bagaimana lagi? tidakkah semua hadangan ini pertanda
bahwa Allah tak meridhainya?"

aku membersamainya menghela nafas panjang
lalu bertanya, "andai Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam
berpikir sebagaimana engkau menalar,
kan adakah islam di muka bumi?"
"maksudmu?", ia terbelalak

"ya, andai Muhammad berpikir bahwa banyak kesulitan berarti tak diridhai,
bukankah ia akan berhenti di awal-awal risalah?"

"ada banyak titik sepertimu saat ini,
saat Muhammad bisa mempertimbangkan untuk menghentikan ikhtiar.
mungkin saat dalam ruku'nya ia dijerat di bagian leher..
mungkin saat ia sujud lalu.. kepalanya disiram isi perut unta..
mungkit saat ia bangkit dari duduk lalu dahinya disambar batu..
mungkin saat ia dikatai gila, penyair, dukun, dan tukang sihir..
mungkin saat ia dan keluarga diboikot total di syi'b Abi Thalib..
mungkin saat ia saksikan sahabat-sahabatnya disiksa di depan mata..
atau saat paman terkasih dan istri tersayang berpulang..
atau justru saat dunia ditawarkan padanya; harta, tahta, wanita.."

"jika Muhammad berpikir sebagaimana engkau menalar,
tidakkah ia punya banyak saat untuk memilih berhenti?"

"tapi Muhammad tahu, kawan
ridha Allah tak terletak pada sulit atau mudahnya,
berat atau ringannya, bahagia atau deritanya,
senyum atau lukanya, tawa atau tangisnya"
"ridha Allah terletak pada
apakah kita mentaatiNya dalam menghadapi semua itu,
apakah kita berjalan dengan menjaga perintah dan larangNya
dalam semua keadaan dan ikhtiar yg kita lakukan.."
"maka, selama di situ engkau berjalan,
bersemangatlah, kawan..."

oleh Salim a fillah, DDU halaman 343-344

Tidak ada komentar:

Intense Debate Comments

Link Within

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Label